Ini sebuah kisah yang diceritakan Ustad A.Ahmad Jamil, ketika sedang melaksanakan ibadah Umroh beberapa waktu yang lalu…
Saya bertemu dengan Mas Kun yang satu rombongan dengan kami, dan ada yang menarik dengan jamaah yang satu ini.
Tapi bukan kesamaan nama kami yang akan saya bahas di sini namun kisah salah satu jamaah yang bernama Pasikun.
Yah… nama yang selayaknya tidak boleh dipake oleh kita sebagai muslim, karena maknanya yang tidak baik yaitu “الفاسقون” orang-orang yang fasik.
Saya pernah usul ke beliau agar mengganti namanya dengan Muhammad Kun Ghoniyyan (محمد كن غنيا) artinya “Orang yang terpuji, jadilah engkau kaya”, tetep ada Kun-nya tapi maknanya bagus, karena Kun adalah panggilan akrabnya di tempat ia bekerja.
Punya Allah
Saudara, bukan nama unik mas Kun yang saya akan kupas juga di tulisan ini, tapi
Amalannya yang menghantarkan dia bisa ke tanah suci, mengingat Kun hanyalah tukang las biasa yang sudah kerja sangat lama di PT Artha Mas Andalan, workshop-nya Pak Budi Artha Winata di Cikarang.
Mas Kun orangnya lugu tapi ulet, jujur, dan sangat sederhana.
Saking lugunya ia tidak kerap menolak dengan halus saat Pak Budi menawarkan untuk jadi mandor atau pindah bagian lain yang lebih ‘basah’.
Nampaknya ia lebih menikmati pekerjaannya tersebut, alasannya tidak sederhana menurut saya mah.
Yah… Ia memilih pekerjaan sebagai tukang las tersebut karena Ia bisa shalat tepat waktu. Memang demikian menurut penuturan Pak Budi, Mas Kun selalu yang terdepan untuk urusan shalat berjamaah. Subhanallah…
Di Mekkah, selesai umroh pertama kami lakukan, saya traktir beberapa jamaah di resto bawah hotel. Mas Kun salah satunya. Saya penasaran dengan beliau dan Alhamdulillah ini saat tepat saya dialog.
“Mas… Selain shalat tepat waktu, jujur, dan banyak syukur, kira-kira saya boleh tahu enggak amalan apa yang Mas Kun pegang sehingga menghantarkan Mas beribadah umroh gratis ini?”
Dengan malu dan singkat namun yakin beliau menjawab “Wa kingah karo a rakman, Ustadz,” ia jawab dengan bahasa Jawa. Saya masih kurang jelas dengan jawabannya lalu saya tanya lagi.
“Maksudnya apa toh mas?…”
“Itu loh pak Ustadz… Baca surat Wakingah dan Ar Rakman” ia jawab sambil tersenyum simpul”.
“O….h, iya iya… Ha ha ha… Baru mudheng saya, surat Al Waqi’ah dan Ar Rahman maksudnya ya…” Ketawa saya dibuatnya.
“Iyo, Pak Pak Ustadz. Kulo sering baca dua surat itu setiap hari, yah Alkamdulillah Gusti Allah kasih kulo bonus umroh iki,” ia menjawab dengan aksen Jawanya. Saya lihat matanya berkaca-kaca dengan pandangan kosong menatap langit-langit resto.
“Allahu akbar…, Alhamdulillah makasih, Ya Allah. Kau ajarkan lagi hamba makna bersyukur. Ya bersyukur bisa bolak-balik untuk beribadah di tanah suci, bersyukur juga dikasih pelajaran berharga melalui seorang hamba-Mu yang lugu ini”…
Demikian saya bergumam.
Saudara, mungkin agak aneh bagi Saudara yang belom menikmati indahnya persahabatan dengan Al Qur’an.
Masa sih baca Waqi’ah dan Ar Rahman doang bisa ke tanah suci. Ya… Tentunya Qur’an yang ngeberangkatin, tapi Allah SWT berkat Al Qur’an lewat kedermawanan Pak Budi Harta. Al Qur’an menjadi rekomendasi bagi Allah untuk mengangkat derajat seorang hamba.
إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
“Sesungguhnya Allah meninggikan derajat suatu kaum karena Alquran ini dan merendahkan juga karenanya.”
(HR. Muslim)
Bahwa kita bisa bertawassul dengan amal shaleh, membaca Al Qur’an salah satunya, yang akan menghantar percepayan terkabulnya do’a dan harapan kita kepada Allah. Iman dan amal shaleh juga menjadi syarat untuk menggapai hidup yang lebih baik.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
( QS. An Nahl [16] : 97)
Salam,
Ustadz H. Ahmad Jamil, MA Pelayan Al Qur’an