Ini Dia Pengalaman Road Trip dari Jakarta ke Bali

open trip

Sudah pernah mencoba Road Trip dari Jakarta ke Bali?

Hai Gan, ane ingin berbagi pengalaman ane jalan-jalan naik mobil (road trip) dari Jakarta ke Bali pada Desember 2016 yang lalu.
Memang sudah agak lama sih ane selesaikan tulisan ini. Beberapa hal detail mengenai trip juga ane sudah agak lupa. Tapi overall kenangan perjalanan yang luar biasa ini masih membekas di memori ane. Silakan dinikmati gan emoticon-Smilie

Day 1 (24 desember 2016)

Hari ini kami (saya & istri) akan memulai road trip dari Jakarta ke Bali. Perasaan deg-deg an dan excited bercampur jadi satu di hati. Bangun tidur jam 3.30 pagi kemudian mandi dan siap-siap. Masukin semua tas dan perbekalan ke mobil, kemudian kami pun berangkat. Cuaca subuh itu sangat cerah, langit masih hitam tanpa awan. Tol Cikampek ramai lancar, mobil bisa dipacu sampai 100km per jam. Sekitar jam 6.00 kami sudah masuk tol Cipali dan istirahat sebentar di rest area paling pertama di tol Cipali.

Jam 10 lewat kami keluar dari pintu tol Brebes Timur (Brexit), yang kondisinya hari itu cukup lancar tanpa antrian berarti. Memasuki Tegal dan Pekalongan barulah jalanan mulai padat cenderung macet. Kami berhenti makan di restoran Tjukup di dalam kota Pekalongan sekitar jam 11.30. Restoran Tjukup adalah restoran yang lumayan terkenal di Pekalongan. Tempatnya kecil dan tua, tetapi harga makanan disini termasuk agak mahal untuk ukuran kota Pekalongan. Kami makan nasi + sayur megono (sayur nangka muda yang dimasak khas pekalongan) + cumi hitam (cumi yang dimasak dengan tinta nya, sehingga berwarna kehitaman).

Jam 16.00 kami baru masuk kota Semarang, karena macet terus sepanjang Pekalongan, Batang, Alas Roban, Kendal dan Weleri. Sampai di Semarang ane mampir ke rumah untuk jemput orang tua ane yang akan ikut trip ini (saya orang Semarang yang merantau di Jakarta gan). Jam 17.00 kami berangkat lagi melewati kota Demak yang cukup lancar, lalu kena macet cukup panjang di Kudus. Kami berhenti untuk makan malam di kota Pati. Nasi Gandul di alun-alun Pati jadi pilihan makan malam kami hari itu. Rasanya cukup enak dan harga nya pun sangat terjangkau.

Kami melanjutkan perjalanan dan sempat berhenti untuk isi bensin di kota Rembang. Sudah jam 21.00 saat itu dan kami berpikir untuk cari penginapan di Rembang. Tetapi Fave Hotel yang kelihatannya adalah satu-satu nya hotel bagus di Rembang sudah penuh terisi. Kami pun jalan lagi sampai ke pit stop yang sebetulnya sudah direncanakan, yaitu kota Tuban.
Masuk kota Tuban sekitar jam 22.30, kami berhenti di Kelenteng Kwan Sing Bio untuk bermalam disana. Selain itu orang tua juga berencana ziarah di kelenteng ini. Kelenteng ini selalu jadi tempat perhentian kalau kami sekeluarga nge-trip ke Jawa Timur.
Kita bisa menginap disini secara gratis, cukup meninggalkan kartu identitas ke security di depan. Tentu, kita boleh menyumbang sejumlah dana untuk kelangsungan tempat ibadah ini.
Kami segera membersihkan diri sekadar nya dan pergi tidur, sudah 680km kami tempuh sejak meninggalkan Jakarta tadi pagi.

Road Trip - Tuban

Suasana Pagi di Tuban

Baca juga : Hijaber Cantik yang berkeliling Dunia

Day 2 – 25 Desember 2016

 

Pagi itu agak mendung, kami bangun, mandi dan menikmati pantai di depan kelenteng Kwan Sing Bio.
Pukul 8.00 kami meninggalkan kelenteng untuk menuju perhentian berikutnya, kota Banyuwangi.

Road Trip - Kelenteng

Di kota Lamongan kami berhenti sebentar untuk mencicipi soto Lamongan di Depot Asih Jaya. Rasa soto nya ternyata tidak terlalu istimewa dan harga nya cukup mahal untuk ukuran kota Lamongan (Rp.20.000,- untuk semangkok soto tanpa nasi).

Road Trip - Lamongan

Perjalanan selanjutnya cukup membosankan, hehe… Kami melewati kota Lamongan yang jalannya keriting. Masuk ke tol Gresik Surabaya, keluar ke arah Pasuruan dan kemudian lanjut ke kota Probolinggo.
Kami berhenti di kota Probolinggo untuk makan siang di restoran Sumber Hidup yang katanya terkenal. Makanan disini lumayan enak meskipun harganya tidak bisa dibilang murah.

Setelah Probolinggo, kami melewati beberapa kota kecil seperti Kraksaan, Besuki, Pasir Putih, dan Situbondo. Selepas kota Situbondo kami menghadapi medan yang menantang yaitu di jalur Taman Nasional Baluran.
Kami masuk area Baluran sekitar jam 18.00 dimana langit sudah mulai gelap. Jalan disini berupa tanjakan dan turunan yang cukup curam disertai belokan-belokan yang cukup tajam. Di beberapa titik kami menemui ada truk yang mogok karena sepertinya tidak kuat nanjak. Penduduk setempat membantu mengatur lalu lintas yang terhambat.

Lepas dari Baluran sekitar jam 19.30 kami langsung meluncur dengan mulus ke penginapan yang sudah kami pesan, yaitu Villa RH. Kami memilih penginapan ini karena jaraknya yang sangat dekat dengan dermaga penyeberangan Ketapang. Sayang, penginapan ini kurang bersih dan air panas nya tidak lancar.
Selesai check in dan membersihkan diri, kami keluar sebentar untuk cari makan malam. Malam itu kami makan malam di salah satu restoran seafood, tidak jauh dari pelabuhan Ketapang.

Day 3 – 26 Desember 2016

 

Villa RH punya ruang makan yang view nya ke laut lepas, tepatnya mengarah ke selat Bali.
Pagi itu cukup cerah dan seperti ini pemandangan dari ruang makan

Setelah sarapan berupa nasi pecel bungkus yang dibelikan oleh penjaga villa, kami berangkat ke pelabuhan penyeberangan Ketapang. Cukup 5 menit perjalanan dari Villa RH ke Pelabuhan Ketapang. Sampai disana antrian masih sepi, tidak sampai 10 menit mengantri, mobil kami mulai diarahkan masuk ke lambung kapal. Kapal ferry yang kami naiki tampak sepi, lambung kapal hanya terisi mobil dan truk tidak sampai setengah kapasitas.

Ferry merapat ke dermaga Gilimanuk setelah kurang lebih satu jam berlayar. Semua mobil keluar dari kapal dengan tertib. Ada pemeriksaan yang cukup ketat di pintu keluar dermaga oleh pihak kepolisian dibantu TNI. Mungkin karena ini menjelang akhir tahun, sehingga pengamanan pulau Bali lebih ketat dari biasanya.

Setelah melewati pemeriksaan, kami keluar kompleks dermaga dan makan pagi agak siang di Ayam Betutu Men Tempeh Ferry.
Ayam betutu disini recommended sekali, pedes nya nampol dan harga nya terbilang murah. Kalau agan-agan ke Bali naik mobil, mesti cobain makan disini!

Setelah perut kenyang, kami pun melanjutkan perjalanan ke kota Denpasar yang ternyata… masih jauh, hehe…
Perjalanan dari dermaga Gilimanuk ke kota Denpasar membutuhkan waktu 3-4 jam. Kami menemui beberapa titik macet yang ternyata disebabkan oleh truk yang mogok. Overall perjalanan ke Denpasar ini cukup membosankan. Pemandangan rumah adat Bali di kiri-kanan kami sedikit menghibur pikiran.

Kami sampai di penginapan yang sudah kami pesan, yaitu Puri Dukuh Homestay di daerah Kerobokan. Penginapan ini sangat nyaman, kamar luas dan air panas mengalir lancar. Tapi penginapan ini hanya punya 1 slot untuk menaruh mobil dan itu sepertinya dikhususkan untuk penyewa family room, yaitu rombongan kami.
Setelah menaruh barang-barang dan mandi, kami sedikit bingung untuk mengunjungi Garuda Wisnu Kencana (GWK) atau melihat sunset di pura Uluwatu. Akhirnya kami pilih untuk ke GWK karena penasaran pengen lihat patung raksasa.

Daerah Krobokan sangat crowded, tapi kami cukup senang melihat keramaian dan banyaknya turis disitu. Berasa di tempat wisata banget! hehe.. Bule-bule dengan kulit terbakar matahari mengendarai motor juga menjadi pemandangan yang unik buat kami.
Sampai di GWK sudah agak sore, banyak rombongan bis yang bersiap meninggalkan lokasi. Kami membeli tiket masuk (Rp.70.000,- per orang untuk turis domestik) dan menghabiskan waktu sampai matahari tenggelam sambil menonton pertunjukan tari Kecak di Lotus Pond.
Dari GWK kami menuju ke daerah kota untuk makan malam dan kemudian kembali ke hotel untuk istirahat.

Sampai disini dulu ya… Kita sambung di artikel berikutnya…di Bagian Kedua Disini.

(Visited 31 times, 1 visits today)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Chat WA Klik Disini
1
Chat Kami Klik Disini...
Salam 😊🙏 Ada yg bisa kami bantu?
%d bloggers like this: