Sudah pernah mencoba Road Trip dari Jakarta ke Bali?
Berikut lanjutan pengalaman ane jalan-jalan naik mobil (road trip) dari Jakarta ke Bali pada Desember 2016 yang lalu.
Memang sudah agak lama sih ane selesaikan tulisan ini. Beberapa hal detail mengenai trip juga ane sudah agak lupa. Tapi overall kenangan perjalanan yang luar biasa ini masih membekas di memori ane. Silakan dinikmati gan
Untuk yang belum menyimak bagian Pertama silakan simak Artikel nya disini :
Pagi itu kami sedikit kehilangan orientasi karena waktu Bali (WITA) lebih maju 1 jam dari waktu Jakarta (WIB). Setelah bangun & mandi, kami sarapan di hotel. Ternyata sarapan nya sangat enak & cukup mengenyangkan meskipun hanya terdiri dari telur dan jus buah. Hotel ini banyak diisi oleh turis bule yang sudah berumur, sehingga mereka tidak berisik dan menghabiskan pagi dengan membaca buku di common room.
Hari ini kami berencana mengunjungi Pura Ulun Danu Beratan yang ada di mata uang Rp.50.000,- kemudian ke Taman Ayun dan sore nya ke Tanah Lot. Perjalanan ke arah Bedugul cukup lancar karena hari masih pagi. Pura Ulun Danu juga belum begitu ramai pagi itu. Pemandangan di sini sangat luar biasa. Pura cantik yang seperti mengapung di tengah danau dengan latar belakang perbukitan sangat memanjakan mata.
Udara di Pura Ulun Danu terbilang adem meskipun matahari bersinar terik. Banyak turis asing maupun lokal yang berkunjung kesini. Selain berfoto dengan Pura, kita bisa juga menyewa perahu untuk mengelilingi danau.
Oya, toko-toko cenderamata di kawasan ini juga harganya cukup oke. Kami meninggalkan lokasi sekitar jam 12 dan mampir untuk makan siang di salah satu restoran dalam perjalanan ke Taman Ayun Mengwi.
Taman Ayun Mengwi tidak terlalu ramai karena sepertinya bukan spot turis favorit. Tapi tidak ada salahnya mengunjungi taman ini karena tempatnya nyaman dan indah. Hanya satu jam kami disini, kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Tanah Lot untuk mengejar sunset.
Sampai di Tanah Lot sekitar jam 4 sore. Agak sulit mencari parkir disini karena Tanah Lot termasuk destinasi turis yang sangat populer. Sebelum ke Tanah Lot, kami mengunjungi dulu Pura Batu Bolong yang masih satu lokasi dengan Tanah Lot.
Sore itu laut sedang pasang dan ombak juga cukup besar. Petugas beberapa kali membunyikan peluit untuk menghalau turis-turis yang sedikit terlalu ke tengah. Pengunjung Tanah Lot sangat ramai sore itu. Menjelang sunset, kami mencari tempat duduk untuk menikmati matahari terbenam.Sayang awan tebal menutupi matahari sehingga kami gagal menikmati golden sunset.
Sehabis menikmati sunset, kami mampir di toko oleh-oleh Agung Bali. Harga disini juga termasuk murah, tetapi pelayan nya jutek-jutek. Cukup lama kami menghabiskan waktu disini karena kami pikir besok tidak sempat lagi mampir ke Krisna untuk membeli oleh-oleh. Dalam perjalanan pulang kami ketemu warung nasi Banyuwangi yang lumayan ramai. Kami memutuskan berhenti & makan disitu. Ternyata makanan nya cukup enak dan harganya masuk akal.
Sampai di daerah Kerobokan masih jam 8.30 WITA, artinya masih jam 7.30 waktu Jakarta. Jadi kami memutuskan putar ke arah Sunset Road untuk mampir sebentar ke toko oleh-oleh Hawaii Bali. Disini ternyata harga sedikit lebih mahal daripada di Agung Bali, tetapi ada beberapa kaus yang mutu nya lebih bagus daripada di Agung.
Day 5 – 28 Desember 2016
Hari ini kami berencana untuk explore daerah Ubud, jadi pagi itu kami langsung berangkat ke destinasi pertama yaitu Sacred Monkey Forrest Ubud. Perjalanan ke Ubud lumayan lancar pagi itu. Sekitar 1 jam kami sudah sampai dan mendapat slot parkir yang masih kosong di lokasi Sacred Monkey Forrest. Jalan sekitar 100 meter, kami ketemu pintu masuk Monkey Forrest. Tiket masuk sebesar Rp.40.000,- per orang, tidak dibedakan untuk turis lokal maupun asing.
Sacred Monkey Forrest Ubud sangat hijau, rindang dan adem. Banyak monyet yang berkeliaran dengan bebas di dalam. Beberapa monyet cukup nakal untuk mendekati dan mencopet makanan dari pengunjung. Tapi kita tidak perlu terlalu khawatir, karena ada banyak pawang monyet yang tersebar di lokasi.
Masuk agak dalam, kita bisa turun ke arah pura dan sumber air suci. Di bagian samping ada semacam amphitheater dimana kita bisa duduk-duduk melihat tingkah monyet yang lucu. Tetapi di saat habis hujan, tempat duduk amphitheater sedikit basah dan di beberapa tempat dikotori oleh kotoran (feses) monyet. Sekedar info aja gan, kotoran monyet ini bau banget loh, hehe…
Sekitar 2 jam kami habiskan di Sacred Monkey Forrest, setelah itu kami memutuskan untuk makan siang di Babi Guling Ibu Oka. Jarak Sacred Monkey Forrest ke Resto Ibu Oka sekitar 2 kilometer, tetapi kami memutuskan untuk jalan kaki karena jalanan Ubud siang itu macet cukup parah. Selain itu kami pikir bakal susah mencari parkir di lokasi resto Ibu Oka. Dari lokasi Sacred Monkey Forrest ke resto Ibu Oka menghabiskan sekitar 30-an menit jalan santai.
Makanan di resto Ibu Oka lumayan enak. Harga set babi guling lengkap di Ibu Oka dihargai Rp.80.000,- dengan porsi yang cukup mengenyangkan. Penyajian makanan cepat, tidak sampai 10 menit semua pesanan kami sudah terhidang. Padahal siang itu kondisi warung termasuk ramai.
Habis makan, kami lanjut jalan kaki meng-explore Ubud Palace dan Pura Sarasvati. Kedua tempat ini bisa dimasukin tanpa tiket alias gratis. Ubud Palace menurut saya biasa saja, tidak begitu istimewa. Pura Sarasvati lumayan bagus dan unik. Ada taman teratai (lotus pond) di halaman depan pura.
Selesai explore dua tempat itu, kami memutuskan untuk jalan kaki kembali ke tempat parkir Sacred Monkey Forrest. Sambil berjalan balik, kami menikmati toko-toko di sepanjang jalan Monkey Forrest. Banyak penginapan, butik, toko souvenir dan cafe yang menarik di sepanjang jalan. Kami sempat berhenti untuk beli kaus dan mencicipi es krim gelatto di salah satu toko.
Sampai di lokasi parkir yang sekarang penuh dengan mobil, kami melanjutkan perjalanan ke Tegalalang Rice Terrace. Kembali melewati Jalan Monkey Forrest yang macet, kami menghabiskan sekitar 1 jam untuk mencapai Tegalalang Rice Terrace. Parkir disini juga lumayan terbatas, dimana kami parkir di pinggir jalan seperti mobil-mobil dan motor-motor lain.
Karena sudah lumayan sore kami tidak hiking di Tegalalang, tapi hanya duduk-duduk di salah satu cafe yang kebetulan dimiliki oleh warga negara Korea. Kami memesan minuman hangat dan cemilan disana lalu duduk-duduk santai melihat padi yang menghijau di lahan terasering. Sebelum kembali ke Denpasar, kami sempatkan membeli beberapa oleh-oleh di toko souvenir yang berdekatan dengan cafe.
Kami tidak bisa terlalu sore menikmati Tegalalang karena malam itu berencana menemui salah satu kerabat yang tinggal di Denpasar. Perjalanan Tegalalang ke Denpasar menghabiskan waktu satu jam setengah, diselingi hujan cukup deras. Tetapi hujan berhenti beberapa saat sebelum kami memasuki Denpasar. Kami kemudian makan di salah satu restoran Seafood bersama dengan kerabat kami malam itu. Ini adalah hari terakhir kami di Denpasar, karena besok akan segera meninggalkan Pulau Bali.
Semoga bisa menjadi inspirasi untuk sahabat semua yang mau jalan-jalan ke Bali lewat jalur Darat… Share bila bermanfaat.
Jangan lupa bila ada yang hendak agan-agan tanyakan silakan komen di kolom komentar dibawah.. 😀